Bencana-bencana di atas tentunya secara langsung atau tidak langsung akan membawa dampak terhadap dunia pendidikan kita. Karena dengan adanya bencana yang melanda tersebut maka banyak yang menjadi korban pendidikan, mulai dari fasilitas pendidikan dengan rusaknya bangunan sekolah, rusaknya transportasi menuju sekolah atau terendamnya sarana sekolah lain karena banjir.
Belum lagi dampak psikologis yang dialami oleh anak akibat bencana tersebut. Tentunya kita masih teringat di tayangan televisi bencana tsunami di Aceh atau gempa bumi 27 mei yang melanda di Jogjakarta bagaimana anak – anak menangis karena kehilangan saudara-saudaranya.
Dengan melihat latar belakang di atas tentunya kita melihat sangat perlunya pendidikan yang berwawasan lingkungan sejak dini untuk mempersiapkan anak-anak kita yang siap mencegah dan menhadapi bencana lingkungan.
Pendidikan linkungan ini tentunya secara tidak langsung sudah terdapat di dalam kurikulum atau materi di sekolah dasar salah satunya dalam bidang studi IPA. Namun dalam pelaksanaannya masih dirasa kurang karena permasalahan bencana tidak semata-mata hanya karena proses alam saja. Namun juga diakibatkan dari pengaruh akhlak dari anak-anak bangsa, sehingga memang sangat diperlukan keterpaduan dalam pendidikan lingkungan ini. Sehinngga pendidikan lingkungan bisa diintergrasikan masuk juga dalam pelajaran yang lain misalnya IPS, Agama, B, Indonesia,B, Jawa bahkan Matematika.
Sehingga dari sini penting diperlukan adanya pembelajaran tematik tentang tema lingkungan di kelas. Walaupun sekarang sudah dikenalkan metode pembelajaran ini namun kita mengamati masih banyak dilakukan pada kelas-kelas kecil. Karena di kelas atas ada guru bidang studi, hal ini kadang sebagian guru kita terjebak dalam dikotomi pendidikan. Sehinga ketika kita berbicara IPA maka ada maka kita hanya berbicara IPA kita tidak membicarakan masalah agama, sosial atau bahasa.
Pembelajaran tematik yang berhubugan dengan lingkungan ini agar lebih menarik bisa di wujudkan dengan field trip misalnya. Field trip ini bisa dalam bentuk pengenalan lingkungan sekitar misalnya pergi ke sawah. Di sawah anak bisa mempelajari semua pelajaran yang ada. Misalnya untuk memepelajari IPA bisa dikenalkan dengan cara perkembangbiakkan tanaman, pelajaran matematika misalnya simetri lipat pada daun, pelajaran bahasa jawa misalnya berlatih berbicara dengan bahasa jawa dengan pak tani, pelajaran agama dihubungkan dengan kebesaran penciptaan Tuhan, pelajaran bahasa indonesia dengan pelajaran menulis puisi, pelajaran KTK misalnya menggambar pemandangan, pelajaran olahraga misalnya adanya game – game dengan lumpur di sawah.
Dengan adanya pembelajaran ini mungkin lebih membawa makna tersendiri bagi anak karena anak praktek langsung, selain mengurangi rutinitas pembelajaran di kelas. Walaupun tentunya membawa kosekwensi bagi guru karena harus bekerja ekstra dengan pengawasan anak diluar kelas.
Model pembelajaran lingkungan ini tidak hanya dengan model seperti di atas. Ada sekolah dengan media terbatas dapat melakukan dengan pemuataran film atau CD tentang lingkungan, membuat kliping bencana alam, mendaur ulang limbah rumah tangga, membuat taman, mempraktekan simulasi gempa, yang hal ini sering dilakukan oleh negara maju seperti Jepang yang sering terjadi bencana gempa.
Untuk mengenalkan anak terhadap teknologi lingkungan anak-anak membuat model alat yang berhubungan dengan penangan bencana misalnya alarm banjir atau alarm gempa. Bisa juga dengan berkunjung ke suatu tempat pengolahan limbah industri, atau pendaurulangan sampah rumah tangga.
Bekerja sama dengan LSM yang berkecimpung dengan lingkungan atau stake holder yang peduli terhadap lingkungan untuk datang ke sekolah memberikan pelatihan juga menjadi alternatif bagi sekolah yang tidak memiliki dana atau kemampuan yang cukup untuk memberikan hal-hal seperti di atas. Sehingga dengan cara ini tidak menjadi sesuatu yang memberatkan bagi sekolah.
Pembelajaran seperti di atas sudah diterapkan oleh beberapa sekolah yang memang di sekolahnya memiliki kurikulum pendidikan berwawasan lingkungan atau adanya guru-guru yang peduli terhadap lingkungan. Namun dirasa akan lebih membawa dampak yang besar jika diwujudkan oleh seluruh sekolah negeri ini.
Dari uraian di atas kita melihat begitu pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini agar anak memilki wawasan lingkungan yang lebih luas dan diharapkan dapat peduli terhadap lingkungan di daerahnya dan tentunya siap menhadapi bencana akibat lingkungan. Dari pembahasan di atas pula kita berpikir tidak diperlukannya pendidikan lingkungan sebagai sebagai suatu pelajaran yang berdiri tersendiri. Karena bisa terintegrasi dengan bidang studi yang lain dalam bentuk model pembelajaran tematik.
2 komentar:
Terimakasih gan infonya...
Maaf sekedar kasih info penting saja.
Terimakasih juga atas komentarnya..wah webnya isinya obatnya l;engkap sekali... ! sipplah..Herbal lagi..!
Poskan Komentar Anda di sini dengan baik dan sopan
Sangat kami tunggu komentarnya dengan dengan cara klik tanda panah open ID atau tulis Nama dan alamat URL/Website/Gogle + Anda (jika punya) jika tidak kosongkan saja. Tunggu konvirmasi persetujan dari Admin.